Jumat, 27 Februari 2015

Deteksi dini kangker payudara


       Di Indonesia, kanker payudara menduduki posisi kedua di bawah kanker leher rahim sebagai penyebab kematian tertinggi pada wanita. Angka kematian akibat kanker payudara cukup tinggi karena banyak pasien datang dengan kondisi terlambat.

       Menemukan kanker payudara secara dini bukanlah suatu faktor kebetulan atau nasib, melainkan adalah tanggung jawab dari para wanita dan dokter. Wanita harus mengetahui keadaan normal payudara sehingga dapat menyadari adanya perubahan pada payudaranya. Sedangkan bagi pihak medis, menemukan kanker secara dini membutuhkan upaya terpadu dan berkesinambungan untuk skrining dan deteksi dini kanker payudara.

      Berdasarkan data dari RS Kanker Dharmais: Jumlah pasien kanker payudara yang datang dalam stadium dini (stadium I dan II) adalah 13,42%, stadium III sebesar 17% dan lebih banyak (29,98%) datang dengan stadium lanjut (stadium IV). Pasien paling banyak datang dengan kekambuhan yaitu sebesar 39,66%.
Keterlambatan diagnostik dapat disebabkan oleh ketidaktahuan pasien (patient delay), ketidaktahuan dokter/tenaga medis (doctor delay), atau keterlambatan rumah sakit (hospital delay).

      Banyak penelitian membuktikan bahwa deteksi dini kanker payudara dapat menyelamatkan ribuan nyawa setiap tahunnya.

* Skrining vs Deteksi Dini
Skrining adalah tes dan pemeriksaan untuk menemukan kanker pada orang-orang yang belum menunjukkan gejala kanker.
Deteksi dini adalah upaya menggunakan alat bantu untuk memungkinkan kanker didiagnosis lebih dini.
Skrining sangat baik dilakukan pada wanita yang memiliki faktor risiko untuk kanker payudara.

* Faktor Risiko Kanker Payudara
Faktor risiko kanker payudara adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kemungkinan seseorang menderita kanker payudara. Beberapa faktor risiko tidak dapat diubah seperti usia atau riwayat keluarga, tetapi ada juga faktor risiko yang berhubungan dengan gaya hidup seperti merokok dan minum alcohol. Berikut adalah faktor risiko yang penting untuk kanker payudara :

Usia.
Risiko menderita kanker payudara akan meningkat seiring dengan semakin tuanya seseorang. Di RS Kanker Dharmais, usia rata-rata wanita yang pertama kali didiagnosis kanker payudara adalah 48 tahun.
Haid pertama di usia kurang dari 10 tahun atau menopause (berhenti haid) di usia lebih dari 55 tahun dapat sedikit meningkatkan risiko kanker payudara.

Wanita yang tidak menikah, tidak memiliki anak, atau memiliki anak pertama setelah usia 30 tahun juga dapat meningkatkan risiko.

Riwayat menggunakan preparat hormonal seperti KB hormonal (pil, suntik, susuk) atau terapi hormonal (misalnya terapi sulih hormon estrogen pada wanita yang menopause) meningkatkan risiko kanker payudara.

Diet tinggi lemak dan alkohol meningkatkan kemungkinan hingga 1,5 kali untuk menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak banyak makan lemak dan tidak minum alkohol.

Memiliki kerabat wanita dekat (seperti ibu kandung, kakak/adik, anak) dengan kanker payudara dapat meningkatkan risiko kanker payudara sampai 2 kali dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara. Diperkirakan 20-30% wanita dengan kanker payudara memiliki anggota keluarga yang juga memiliki riwayat kanker payudara.

Perubahan pada Payudara akibat Kanker

* Benjolan Pada Payudara
Gejala paling sering pada kanker payudara adalah adanya benjolan. Kanker biasanya hanya mengenai satu payudara. Jarang ditemukan wanita dengan kanker di kedua payudara pada saat yang sama. Benjolan ini biasanya keras dengan permukaan yang tidak rata. Benjolan biasanya tidak bergerak (terfiksasi). Seringkali benjolan TIDAK disertai nyeri.

* Perubahan pada Kulit Payudara
Kulit disekitar payudara dapat berwarna kemerahan, dan kadang terdapat cekungan seperti lesung pipi di kulit payudara (dimpling). Pada keadaan lanjut, cekungan pada kulit payudara ini semakin meluas dan banyak sehingga kulit payudara tampak seperti kulit jeruk purut. Keadaan ini sering disebut peau d’orange.

* Perubahan pada Puting Payudara
Banyak perubahan yang dapat terjadi pada puting payudara yang mungkin merupakan gejala kanker. Luka pada puting susu yang tidak sembuh dalam 6 bulan, apalagi bila disertai dengan perubahan kulit payudara dapat merupakan gejala kanker.
Keluarnya cairan dari puting sisi berupa cairan warna merah atau kecoklatan. Cairan ini dapat keluar sendiri atau baru keluar bila puting ditekan.
Puting yang tadinya normal menjadi tertarik ke dalam (nipple inversion). Keadaan ini mungkin gejala kanker bila puting menjadi tertarik ke dalam seluruhnya, tidak dapat lagi ditarik keluar, kulit puting terasa kering (gatal, terdapat kulit yang menebal) dan berubah warna, serta teraba adanya benjolan di balik puting.

Deteksi Dini Kanker Payudara
Terdapat beberapa cara deteksi dini kanker payudara dengan tingkat akurasi yang berbeda. Akurasi deteksi dini kanker payudara akan jauh bertambah bila ketiga tes ini dikombinasi.

Cara deteksi dini kanker payudara adalah :
^ Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik Sadari)
^ Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter
^ Pemeriksaan Radiologi (Mammografi dan/atau USG)
^ Biopsi tanpa pembedahan (Fine Needle ^Aspiration Biopsy atau Core Biopsy).

^.^ Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter dapat mendeteksi sampai 85% kasus kanker payudara.
Pemeriksaan Mammografi dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker payudara.
Biopsi dapat mendeteksi sampai 91% kanker payudara.
Tetapi bila ketiga pemeriksaan dini dilakukan semuanya, maka kanker payudara dapat dideteksi secara dini hingga 99,5%.

^.^ Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik SADARI)
Pemeriksaan SADARI sebaiknya dilakukan mulai usia remaja. Dilakukan sebulan sekali, pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dihitung dari hari pertama haid. Bila wanita telah menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan, misalnya tanggal 10.

SADARI terdiri atas beberapa langkah:
1.Berdiri di depan cermin dengan berbagai posisi: mulai dari berdiri dengan lengan di kedua sisi tubuh, lalu angkat lengan ke atas kepala. Lanjutkan dengan menekan   kedua tangan di pinggang, lalu gerakkan kedua lengan dan situ ke depan sambil mengangkat bahu. Perhatikan tanda berikut :
          a.Perubahan ukuran atau bentuk payudara
          b.Adanya cekungan di kulit
          c.Perubahan bentuk puting
          d.Adanya nyeri yang terus menerus
2.Berbaring dan letakkan sebuah bantal kecil di bawah bahu kanan. Letakkan tangan kanan di bawah kepala. Gunakan  ketiga jari tangan kiri untuk memeriksa seluruh   payudara kanan termasuk daerah puting. Periksa mulai dari daerah ketiak, lalu daerah luar payudara dan melingkar hingga ke daerah puting. Perhatikan tanda berikut:
          a.Adanya benjolan di payudara atau di ketiak
          b.Daerah yang terasa menebal di payudara
3.Tekan puting dengan lembut untuk melihat adanya cairan atau darah yang keluar.
4.Ulang langkah 2 dan 3 untuk payudara kiri.

^.^ Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter
Wanita pada usia 20-39 tahuin sebaiknya menjalani pemeriksaan klinis payudara oleh dokter sebagai baigan dari Medical Check Up setidaknya 3 tahun sekali. Setelah usia 40 tahun, pemeriksaan klinis payudara harus dilakukan setidaknya sekali dalam 1 tahun.
Pemeriksaan klinis payudara baik dilakukan sebelum mammografi. Pemeriksaan klinis ini adalah kesempatan bagi wanita dan dokter untuk berdiskusi tentang perubahan yang terjadi pada payudara, jenis pemeriksaan untuk deteksi dini, dan tentang faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan wanita menderita kanker payudara.

^.^ Pemeriksaan Radiologis

Mammografi
Wanita usia 40 tahun atau lebih sebaiknya menjalani pemeriksaan mammografi sekali setahun selama mereka dalam kondisi sehat.

Mammografi adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang dapat memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu mikrokalsifikasi. Dengan mammografi, kanker payudara dapat dideteksi dengan akurasi sampai 90%.

Menggunakan mesin mammografi, payudara akan ditekan oleh dua plat untuk meratakan dan menyebarkan jaringan. Keadaan ini mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi sangat penting untuk menghasilkan gambar mammogram yang baik dan dapat dibaca. Penekanan payudara ini hanya berlangsung beberapa detik. Seluruh prosedur mammografi untuk satu payudara adalah sekitar 20 menit.

Hasil dari mammografi adalah film (mammogram) yang dapat diinterpretasi oleh dokter bedah atau dokter ahli radiologi. Perubahan yang dapat terlihat dari mammogram adalah :

Mikrokalsifikasi yaitu deposit-deposit kecil kalsium dalam jaringan payudara yang terlihat sebagai titik-titik kecil putih di sekitar jaringan payudara. Mikrokalsifikasi yang dicurigai sebagai tanda kanker adalan titik-titik yang sangat kecil, dan berkumpul dalam suatu kelompok (cluster).
Massa yang tampak pada mammogram dapat disebabkan oleh kanker atau bukan kanker, tetapi untuk memastikan biasanya dilakukan biopsi. Massa yang tampak dapat berupa massa padat atau kistik (berongga dan berisi cairan).

Ultrasonografi (USG)
USG payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara. USG dapat membedakan benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa digunakan untuk mengevaluasi masalah payudara yang tampak pada mammogram dan lebih direkomendasikan pada wanita usia muda (di bawah 30 tahun). Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan untuk deteksi kanker payudara. Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi, kelainan pada payudara dapat ditentukan dengan lebih akurat.
USG saat ini cukup banyak dilakukan karena tidak bersifat invasif dan tidak semahal pemeriksaan lainnya. Tetapi, efektifitas pemeriksaan USG sangat tergantung dari pengalaman dan keahlian operator

Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Untuk wanita dengan risiko tinggi kanker payudara, pemeriksaan MRI direkomendasikan bersama dengan mammografi tahunan. MRI menggunakan magnet dan gelombang radio untuk memproduksi gambar irisan tubuh. Pemeriksaan MRI akan jaruh lebih bermanfaat bila menggunakan zat kontras.
MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih sensitif dari mammografi, tetapi MRI memiliki nilai positif palsu yang lebih tinggi, maksudnya sering muncul gambaran kelainan payudara yang ternyata bukan kanker. Itu sebabnya MRI tidak direkomendasikan sebagai alat skrining untuk wanita tanpa risiko tinggi kanker payudara.

PET Scan
Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi dan metabolisme sel kanker. Zat kontras disuntikkan lewat vena dan akan diserap oleh sel kanker. Derajat penyerapan zat kontras oleh sel kanker dapat menggambarkan derajat histologis dan potensi agresivitas tumor. PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining rutin kanker payudara.

^.^ Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa oleh dokter ahli Patologi Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop sehingga dapat ditentukan ada tidaknya sel kanker.
Terdapat beberapa cara biopsi :
1.Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
2.Core Biopsy
3.Biopsi Bedah

Fine Needle Aspiration Biopsy / Biopsi Jarum Halus
Biopsi ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan tidak memerlukan persiapan khusus. Jaringan diambil menggunakan jarum halus di area tumor.Bila tumor tidak mudah diraba, maka biopsy jarum halus dapat dilakukan dengan tuntunan USG atau mammografi.
Pemeriksaan ini mungkin agak nyeri dan dapat menyebabkan memar ringan yang akan hilang dalam 1-2 hari. Karena jaringan yang diambil hanya sedikit maka ada kemungkinan sel kanker tidak terambil sehingga tidak terdeteksi.
Pemeriksaan biopsi jarum halus saja memiliki kemungkinan diagnosis meleset 10%.

Core Biopsy
Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan jarum yang lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit payudara dan sedikit jaringan payudara diambil. Pemeriksaan ini dapat menimbulkan nyeri minimal.
Hasil core biopsy adalah jaringan payudara sehingga lebih mudah diidentifikasi adanya kanker. Beberapa jenis benjolan lebih cocok untuk didiagnosis dengan core biopsy karena bentuknya.

Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus dan Core Biopsy dapat berupa :
- Tidak ada tanda kanker payudara
- Kemungkinan ada tanda kanker payudara, yaitu terdapat sel-sel yang mencurigakan tetapi belum cukup jelas untuk menegakkan diagnosis. Hasil ini lebih baik dilanjutkan  dengan biopsi bedah untuk mencapai diagnosis akhir.
- Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita akan menjalani biopsi bedah yang dapat dilakukan dengan pengangkatan seluruh kanker payudara.

Biopsi Bedah
Bila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti kanker, maka wanita akan dirujuk ke dokter bedah  untuk menjalani biopsi bedah. Sebaliknya bila hasil pemeriksaan sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya tidak perlu dilakukan biopsi bedah.

Dokter bedah akan menjelaskan pilihan terapi kepada pasien.
Untuk tumor yang berukuran kecil, biopsi bedah biasanya sekaligus dengan mengangkat tumor seluruhnya. Dengan begitu, ahli patologi dapat memeriksa dan lebih meudah menentukan ada tidaknya kanker. Bekas luka biopsi akan dijahit. Hasil biopsi akan diketahui 5-7 hari setelah operasi.

Penutup
Angka kematian akibat kanker payudara dapat ditekan dengan deteksi dini. Penyebaran informasi tentang berbagai cara deteksi dini kanker sangat penting untuk meningkatkan kesadaran wanita akan tingginya frekuensi penyakit kanker payudara dan untuk menekan angka pasien yang datang dengan kanker payudara stadium lanjut.
( dikutip dari artikel oleh Dr. Denni Joko Purwanto Sp.B(onk))

1 komentar: